Portal Hiburan – Bupati Pati Sudewo menjadi pusat perhatian publik setelah insiden melempar sandal dan air mineral yang terjadi hanya 20 detik setelah ia muncul di hadapan massa. Peristiwa itu terjadi pada Rabu 13 Agustus 2025 di Alun-alun Pati Jawa Tengah saat ribuan warga berkumpul untuk melakukan aksi unjuk rasa. Sudewo tiba di lokasi dengan menggunakan kendaraan taktis milik kepolisian dan berdiri di atasnya untuk menyampaikan pernyataan singkat. Dikelilingi oleh aparat bersenjata lengkap dengan tameng ia memulai pidatonya dengan salam dan permintaan maaf. Namun sebelum ia bisa melanjutkan kata-kata sandal dan air mineral dalam kemasan gelas menghujaninya. Aparat berusaha menangkis lemparan dan Sudewo segera masuk kembali ke dalam kendaraan lapis baja untuk meninggalkan kerumunan. Momen itu viral di media sosial dan menjadi perbincangan luas di tengah meningkatnya tensi politik lokal.
Awal Ketegangan dan Pemicu Demo Besar di Pati
Latar belakang kericuhan ini tidak lepas dari kebijakan Bupati Pati Sudewo yang memutuskan kenaikan tarif Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan hingga 250 persen. Kebijakan tersebut menimbulkan gelombang protes karena dianggap membebani masyarakat. Kemarahan warga memuncak setelah Sudewo menantang masyarakat untuk melakukan aksi jika tidak setuju dengan keputusan tersebut. Tantangan itu disambut dengan penggalangan donasi logistik untuk mendukung aksi yang direncanakan. Ketegangan bertambah ketika donasi logistik tersebut sempat diangkut Satpol PP yang membuat warga semakin tersulut. Walaupun kebijakan kenaikan PBB akhirnya dibatalkan rasa kecewa dan marah warga terlanjur mengakar. Fokus tuntutan beralih menjadi desakan agar Bupati Pati mengundurkan diri dari jabatannya. Masyarakat merasa kebijakan dan sikap yang diambil telah menyalahi aspirasi mereka sehingga menuntut perubahan kepemimpinan.
“Baca juga: Akhirnya! Nusron Minta Maaf Setelah Sebut Semua Tanah Milik Negara, Ini Alasannya!”
Massa Memadati Alun-alun dan Ricuh Pecah
Sejak pagi ribuan warga mulai memadati kawasan Alun-alun Pati yang berada dekat dengan kantor bupati. Massa datang dari berbagai desa dan kecamatan untuk mendesak agar pemimpin daerah menemui mereka secara langsung. Namun waktu yang berlalu tanpa kehadiran bupati membuat suasana semakin panas. Aksi dorong pagar gerbang kantor bupati mulai terjadi disertai lemparan air mineral ke arah aparat yang berjaga. Polisi merespons dengan mobil water cannon dan gas air mata untuk membubarkan massa yang semakin sulit dikendalikan. Kepulan gas air mata membuat banyak warga panik dan terjebak di lokasi. Beberapa anggota Brimob terlihat berusaha menenangkan situasi namun ada juga yang terpancing emosi. Teriakan meminta bupati turun dari jabatannya menggema di seluruh sudut alun-alun. Video momen kericuhan dan lemparan terhadap bupati kemudian tersebar luas di berbagai platform media sosial.
Reaksi Emosional di Lapangan dan Viral di Media Sosial
Kericuhan di Pati memunculkan momen-momen yang terekam jelas oleh kamera warga dan jurnalis di lapangan. Salah satu yang menonjol adalah teriakan seorang anggota Brimob yang mengingatkan massa bahwa mereka juga memiliki keluarga. Emosi terlihat memuncak di kedua pihak baik dari massa maupun aparat keamanan. Video insiden Bupati Pati Sudewo dilempar sandal dan air mineral menjadi salah satu konten yang paling banyak dibagikan di media sosial pada hari itu. Tagar-tagar terkait peristiwa ini langsung masuk dalam daftar trending di berbagai platform. Banyak warganet memberikan komentar pedas sementara ada juga yang menyerukan penyelesaian damai. Bagi sebagian pihak kejadian ini menjadi simbol ketidakpuasan rakyat terhadap kebijakan pemerintah daerah. Bagi pihak lain ini adalah tanda bahwa komunikasi antara pemerintah dan rakyat harus diperbaiki secara serius.
Tekanan Politik Terhadap Bupati Pati
Insiden yang terjadi hanya beberapa bulan setelah Bupati Pati Sudewo dilantik pada Januari 2025 ini memunculkan tekanan politik yang tidak ringan. Desakan untuk mundur datang dari berbagai elemen masyarakat mulai dari warga biasa hingga kelompok aktivis. Situasi ini membuat posisi politik bupati berada dalam sorotan tajam. Meski belum ada keputusan resmi terkait masa jabatannya gelombang protes yang meluas dapat memengaruhi keberlangsungan kepemimpinannya. Beberapa pengamat politik daerah menilai bahwa kejadian ini adalah ujian besar bagi pemimpin baru. Mereka menekankan pentingnya langkah cepat untuk meredam situasi baik melalui dialog maupun kebijakan yang pro rakyat. Kepercayaan publik menjadi modal utama untuk melanjutkan pemerintahan dan itu kini sedang dipertaruhkan. Bagaimana langkah selanjutnya akan sangat menentukan apakah bupati dapat mempertahankan jabatannya di tengah badai kritik ini.