Portal Hiburan – Pestapora 2025 menjadi sorotan setelah puluhan band memutuskan mundur dari festival musik tahunan ini. Akar permasalahan muncul akibat dugaan kerjasama dengan PT Freeport Indonesia yang menimbulkan reaksi keras dari publik dan para musisi. Direktur festival Kiki Aulia Ucup akhirnya angkat bicara dan menyampaikan permintaan maaf terbuka melalui unggahan di media sosial resmi. Dalam pernyataannya, ia menegaskan tidak ada dana yang diterima dari Freeport, dan menyatakan bahwa kontrak kerja sama telah diputus sejak Jumat malam. Namun, keputusan ini dianggap terlambat oleh banyak pihak, terutama setelah sebuah video promosi yang menampilkan marching band dan spanduk Freeport muncul sehari sebelum acara dimulai. Dampak dari kejadian ini bukan hanya mencoreng nama festival, tetapi juga menciptakan ketidakpercayaan mendalam di kalangan penampil dan penonton. Momen ini menciptakan preseden penting tentang integritas, transparansi, dan tanggung jawab sosial dalam industri hiburan di Indonesia.
Puluhan Band Mundur dari Panggung Pestapora 2025

Pestapora 2025 harus menghadapi kenyataan pahit setelah lebih dari tiga puluh grup musik secara terbuka menarik diri dari jajaran penampil. Gelombang pengunduran diri ini dipicu oleh ketidaksetujuan mereka terhadap dugaan keterlibatan PT Freeport dalam festival tersebut. Deretan nama besar seperti Hindia, .Feast, The Panturas, Banda Neira, hingga Petra Sihombing memilih untuk membatalkan penampilan mereka. Beberapa di antaranya bahkan memberikan pernyataan keras terkait posisi mereka dalam mendukung masyarakat yang terpinggirkan. Dalam salah satu unggahan, Banda Neira menegaskan bahwa nilai yang mereka suarakan di atas panggung harus sejalan dengan tindakan nyata. Di sisi lain, ada pula band seperti Rebellion Rose yang tetap tampil namun memilih menjadikan panggung sebagai ruang kritik terbuka terhadap isu sosial. Keputusan-keputusan yang diambil oleh para musisi ini memperlihatkan bagaimana integritas bisa menjadi pilihan yang berat namun bermakna di tengah tekanan industri hiburan yang semakin kompleks.
Reaksi Emosional Musisi dan Sikap Solidaritas

Banyak musisi yang secara terbuka mengekspresikan kekecewaan dan amarah mereka terhadap manajemen Pestapora. Perasaan dikhianati muncul karena keputusan kolaborasi dengan perusahaan tambang yang kerap dikaitkan dengan isu sosial dan lingkungan di Papua. Tidak sedikit dari mereka menyampaikan sikap solidaritas terhadap masyarakat Papua maupun komunitas lain yang tertindas. Band seperti Ornament dan Kelelawar Malam menggunakan media sosial untuk menyatakan mundur, bahkan menyebutkan bahwa sikap mereka adalah bentuk perlawanan atas eksploitasi. Sementara itu, The Panturas menyatakan bahwa hasil penjualan merchandise di festival akan didonasikan sepenuhnya untuk warga Papua melalui WALHI. Aksi semacam ini menunjukkan bahwa musisi tidak hanya hadir untuk menghibur, namun juga memiliki kesadaran politik dan keberpihakan. Di balik panggung, mereka juga memainkan peran sebagai suara kolektif yang berani menantang narasi dominan. Dari sini, panggung musik berubah menjadi ruang perjuangan nilai yang lebih luas dari sekadar hiburan semata.
“Simak juga: Kenalan Sama Mochi Daifuku, Camilan Jepang Lembut Isi Kejutan Rasa!”
Langkah Kiki Ucup dan Klarifikasi dari Pihak Penyelenggara
Kiki Aulia Ucup sebagai direktur festival akhirnya mengakui kelalaian dalam proses pemilihan sponsor. Ia menyatakan bahwa keputusan untuk bekerja sama dengan Freeport telah dibatalkan dan tidak ada lagi bentuk kehadiran perusahaan tersebut di area festival. Ia juga menyebut bahwa segala dampak dari pemutusan kontrak akan ditanggung penuh oleh Pestapora. Klarifikasi ini datang setelah gelombang kritik tidak terbendung dan penonton mulai mempertanyakan transparansi penyelenggara. Pernyataan tersebut disampaikan melalui unggahan video dan teks di akun Instagram resmi, di mana ia mengaku akan belajar dan lebih terbuka terhadap masukan publik ke depannya. Meskipun pernyataan itu dirilis, kerusakan reputasi terlanjur terjadi. Banyak netizen dan penggemar musik yang merasa kecewa karena langkah antisipasi dianggap datang terlambat. Beberapa kalangan juga mempertanyakan apakah keputusan ini diambil karena kesadaran atau sekadar tekanan publik yang semakin meluas dalam beberapa hari terakhir.
Festival Tetap Digelar Meski Ditinggal Puluhan Penampil
Walau diterpa badai pembatalan dari puluhan band, Pestapora 2025 tetap akan digelar sesuai jadwal dengan format line-up yang diperbarui. Penyelenggara menyatakan bahwa festival ini akan tetap berlangsung sebagai bentuk tanggung jawab terhadap pengunjung yang telah membeli tiket dan merencanakan kehadiran mereka jauh-jauh hari. Keputusan ini diambil dengan mempertimbangkan banyak aspek teknis dan logistik yang sudah dipersiapkan sejak lama. Namun atmosfer festival tentu tidak akan sama, terutama dengan hilangnya sejumlah nama besar yang sebelumnya menjadi daya tarik utama. Meski begitu, sejumlah penampil tetap memilih naik ke panggung dan menjadikan momen tersebut sebagai ruang refleksi dan solidaritas. Situasi ini menunjukkan bagaimana dunia musik bisa menjadi ruang negosiasi antara idealisme dan realitas industri. Publik kini menanti bagaimana festival ini akan berjalan dalam bayang-bayang kontroversi dan bagaimana tim penyelenggara mengelola krisis yang telah mencoreng semangat awal dari Pestapora 2025.