Portal Hiburan – Kasus Balita Raya Asal Sukabumi mengguncang perhatian publik karena kondisi medis yang sangat mengenaskan. Balita berusia tiga tahun itu meninggal dunia setelah tubuhnya dipenuhi cacing gelang yang telah menyebar hingga paru paru dan otak. Peristiwa ini tidak hanya menyoroti aspek kesehatan, tetapi juga memperlihatkan adanya masalah gizi buruk, pola asuh yang tidak memadai, serta lemahnya intervensi pemerintah dalam menangani kasus gizi anak di daerah. Fakta bahwa pelayanan kesehatan sudah diberikan namun kondisi balita tetap memburuk menjadi pertanyaan besar di kalangan masyarakat. Kasus ini kemudian menjadi sorotan luas karena dianggap sebagai bukti nyata bahwa sistem kesehatan dan perlindungan anak masih memiliki celah besar. Publik menilai kasus tersebut seharusnya bisa dicegah jika deteksi dini berjalan lebih optimal dan keluarga mendapatkan dukungan penuh untuk mengasuh anak dengan baik.
Kronologi Kasus yang Mengguncang
Kasus Balita Raya Asal Sukabumi bermula dari status kesehatannya yang sudah lama tercatat sebagai penderita gizi buruk atau Bawah Garis Merah. Raya sebenarnya rutin dipantau posyandu dan menerima bantuan berupa makanan tambahan. Namun upaya rujukan ke tenaga ahli gizi berulang kali gagal karena tidak mendapat persetujuan orang tua. Kondisi semakin memburuk pada pertengahan Juli 2025 ketika tubuhnya menunjukkan tanda tanda kritis. Pada 13 Juli, Raya akhirnya dibawa ke RSUD R Syamsudin dengan keadaan memprihatinkan. Dokter menemukan cacing keluar dari hidungnya dan mendiagnosis askariasis berat. Penyakit tersebut diketahui telah menyebar hingga paru paru dan otak, sehingga penanganan medis menjadi sangat sulit dilakukan. Setelah sembilan hari mendapat perawatan intensif, pada 22 Juli 2025 balita itu dinyatakan meninggal dunia. Kronologi ini memperlihatkan betapa kompleksnya persoalan kesehatan anak ketika gizi buruk tidak tertangani sejak awal.
“Baca juga: Aksi Demo Batal Total! Husein dan Bupati Pati Berdamai Setelah Pertemuan Rahasia?”
Faktor Pola Asuh dan Kondisi Keluarga
Selain masalah medis, faktor pola asuh keluarga juga berpengaruh besar dalam memburuknya kondisi Raya. Ibunya diketahui mengalami gangguan jiwa sedangkan ayahnya mengidap penyakit TBC. Situasi ini jelas memengaruhi kemampuan keluarga dalam memberikan perhatian dan perawatan yang layak. Kepala dinas kesehatan mengungkapkan bahwa bantuan susu, telur, dan obat cacing sebenarnya sudah diberikan dan seharusnya mencukupi selama dua minggu, namun ternyata habis dalam waktu dua hari. Hal ini menandakan adanya kendala besar dalam pengelolaan bantuan gizi di keluarga tersebut. Bupati Sukabumi menegaskan bahwa pola asuh yang salah menyebabkan anak telantar, meski pemerintah mengklaim tetap hadir memberikan pelayanan. Kasus ini menunjukkan bahwa permasalahan kesehatan anak tidak bisa dilepaskan dari kondisi keluarga yang memegang peran utama. Tanpa pola asuh yang baik, bantuan medis sekalipun bisa menjadi kurang efektif dalam menyelamatkan nyawa.
Respons Pemerintah dan Kritik Publik
Kasus ini mendapat reaksi cepat dari berbagai pihak, termasuk Gubernur Jawa Barat yang menegur keras pemerintah daerah Sukabumi karena dianggap kurang sigap. Menurutnya, kasus kematian akibat cacingan parah tidak seharusnya terjadi pada era saat ini. Keterlambatan aktivasi BPJS keluarga Raya sempat menjadi kendala administrasi meski pihak pemerintah daerah mengklaim tetap memberikan layanan medis darurat. Publik menilai koordinasi antar lembaga kurang berjalan baik sehingga penanganan kasus tidak maksimal. Tekanan datang dari masyarakat agar pemerintah lebih serius dalam memastikan deteksi dini gizi buruk dilakukan secara menyeluruh di desa desa. Media sosial pun ramai dengan perbincangan tentang lemahnya sistem kesehatan dasar. Respon emosional dari masyarakat menggambarkan bahwa tragedi ini dianggap sebagai kegagalan kolektif dalam melindungi anak dari masalah kesehatan yang sebenarnya bisa dicegah jika sistem bekerja dengan benar.
“Simak juga: The Dogs of Street Style: Saat Fashion Seleb Dikuasai Aksesori Gemas Sahabat Berbulu”
Pentingnya Edukasi dan Pencegahan
Kasus Raya menjadi pengingat bahwa edukasi pola asuh keluarga sangat penting untuk mencegah kejadian serupa. Penyakit akibat cacing gelang seharusnya bisa dicegah melalui pemberian obat cacing rutin, kebersihan lingkungan, dan pola makan sehat. Namun semua itu tidak berjalan efektif tanpa pemahaman keluarga. Pemerintah perlu memastikan distribusi bantuan gizi tidak hanya sekadar diberikan tetapi juga dipantau penggunaannya. Posyandu dan tenaga kesehatan di desa harus dibekali dengan sistem pengawasan yang ketat agar anak anak yang berisiko tidak lolos dari perhatian. Edukasi masyarakat tentang pentingnya kebersihan, gizi seimbang, serta peran orang tua dalam menjaga kesehatan anak harus digencarkan. Pencegahan lebih murah dan lebih mudah daripada mengobati. Kasus ini menegaskan bahwa tanpa langkah pencegahan yang tepat, risiko kematian balita akibat penyakit yang bisa dicegah akan tetap menghantui daerah daerah dengan tingkat kemiskinan tinggi.