Afghanistan

Trump Ultimatum Afghanistan: Serahkan Pangkalan Bagram atau Bersiap Terima Akibatnya!

Portal Hiburan – Afghanistan kembali menjadi sorotan dunia setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengeluarkan pernyataan keras terkait Pangkalan Udara Bagram. Dalam unggahannya di media sosial Truth Social, Trump secara terang-terangan mengancam akan ada hal buruk jika Afghanistan tidak mengembalikan kontrol atas pangkalan militer strategis itu kepada Amerika Serikat. Pangkalan Bagram selama dua dekade terakhir menjadi pusat operasi militer AS di kawasan, terutama saat perang melawan Taliban. Ancaman Trump muncul tak lama setelah ia menyampaikan keinginan agar AS kembali mengambil alih Bagram, yang saat ini berada di bawah kendali penuh Taliban. Dalam kunjungannya ke Inggris, Trump menyebut bahwa Bagram penting bagi kepentingan keamanan nasional Amerika, terlebih karena lokasinya yang dekat dengan China. Ketegangan diplomatik ini pun menimbulkan kekhawatiran di kalangan pengamat geopolitik terkait potensi eskalasi militer di wilayah Asia Tengah.

Trump Soroti Bagram dan Pengaruh China di Afghanistan

Trump menganggap Pangkalan Bagram sebagai aset strategis yang seharusnya tetap dipegang oleh Amerika Serikat, bukan oleh rezim Taliban yang saat ini menguasai Afghanistan. Menurutnya, penarikan pasukan AS dari pangkalan tersebut pada 2021 merupakan keputusan yang buruk dan memperburuk posisi AS di wilayah tersebut. Ketika ditanya apakah ia berniat mengirim pasukan untuk merebut kembali Bagram, Trump menolak menjawab secara langsung namun mengisyaratkan bahwa tindakan nyata sedang dipertimbangkan. Selain itu, Trump mengeluhkan pengaruh China yang dinilai semakin kuat di Afghanistan pasca-penarikan pasukan Barat. Ia menganggap kedekatan Bagram dengan wilayah China sebagai alasan utama mengapa pangkalan itu harus kembali berada di bawah kontrol AS. Dari sudut pandang Trump, membiarkan pangkalan sebesar itu jatuh ke tangan musuh adalah kesalahan strategis besar yang bisa mengancam keamanan jangka panjang Amerika dan sekutunya.

“Baca juga: Tarakan Bergejolak! Hujan Deras Tak Hentikan Aksi Ceramah Habib Rizieq”

Kontroversi Penarikan Pasukan dan Kritik Terhadap Biden

Keputusan untuk menarik pasukan dari Afghanistan, termasuk dari Pangkalan Bagram, sempat menjadi topik panas selama masa transisi kekuasaan dari Trump ke Biden. Penarikan ini dilaksanakan secara terburu-buru pada Juli 2021 dan menyebabkan kekacauan besar ketika Taliban dengan cepat merebut kembali kota-kota utama di Afghanistan. Bagram ditinggalkan dalam kondisi tidak siap dan langsung dikuasai oleh Taliban hanya dalam hitungan hari. Trump sejak saat itu terus melontarkan kritik terhadap kebijakan luar negeri Biden yang dianggap lemah dan tidak strategis. Ia menyebut hilangnya Bagram sebagai kegagalan besar dalam sejarah militer AS. Selain karena nilai simbolisnya, Bagram memiliki fasilitas militer penting yang tidak mudah dibangun ulang. Trump percaya bahwa jika pangkalan ini bisa dikembalikan ke tangan AS, maka keseimbangan kekuatan di kawasan bisa dipulihkan dan potensi ancaman dari negara lain dapat diminimalisir sejak dini.

“Simak juga: Eksklusif Marie Claire: Zendaya Pilih Mundur dari Sorotan Demi Ruang bagi yang Lain”

Pelanggaran HAM dan Reputasi Gelap Bagram

Meskipun dinilai strategis, Bagram juga memiliki reputasi kelam yang tidak bisa diabaikan. Selama bertahun-tahun pangkalan ini digunakan sebagai tempat penahanan para tersangka teroris dan militan, terutama dalam konteks Perang Melawan Teror. Organisasi seperti Human Rights Watch dan Amnesty International telah melaporkan berbagai pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan di fasilitas itu. Penahanan sewenang-wenang, penyiksaan, dan penghilangan paksa sempat dilaporkan terjadi di dalam kompleks Bagram. Bahkan setelah AS mengklaim melakukan reformasi di fasilitas itu, dugaan praktik tidak manusiawi tetap menghantui pangkalan ini hingga masa penarikan. Oleh karena itu, meskipun Trump ingin mengembalikan kontrol atas Bagram, banyak pihak mempertanyakan apakah pangkalan ini layak dioperasikan kembali tanpa pertanggungjawaban atas masa lalunya. Namun bagi Trump, fokus utama tetap pada nilai strategis dan pentingnya mengurangi pengaruh musuh di kawasan tersebut.

Isyarat Ultimatum dan Ancaman Terbuka dari Trump

Ultimatum yang dilontarkan Trump bukan hanya sekadar retorika politik biasa. Dalam konferensi pers bersama PM Inggris Keir Starmer, Trump berbicara mengenai situasi Afghanistan. Ia menyebut bahwa pembicaraan diplomatik sedang dilakukan dengan otoritas Afghanistan. Trump mengklaim bahwa Afghanistan membutuhkan sesuatu dari Amerika Serikat saat ini. Hal tersebut dianggapnya sebagai alat tawar untuk merebut kembali Pangkalan Bagram. Ketika ditanya soal opsi militer, Trump tidak memberi jawaban secara langsung. Namun, ia menyampaikan bahwa jika tuntutan tidak dipenuhi, akan ada tindakan tegas. Trump mengatakan dunia akan menyaksikan apa yang akan ia lakukan selanjutnya. Pernyataan itu memunculkan spekulasi soal kemungkinan tekanan militer terhadap Afghanistan. Belum ada langkah resmi diumumkan, namun kekhawatiran mulai menyebar di berbagai pihak. Ketegangan antara Amerika Serikat dan pemerintahan Taliban kini dinilai berpotensi meningkat. Taliban saat ini merupakan penguasa de facto di Afghanistan sejak penarikan pasukan AS tahun 2021.