Portal Hiburan – Influenza A saat ini menjadi perhatian serius setelah laporan resmi menunjukkan peningkatan kasus di Indonesia dalam beberapa minggu terakhir. Kementerian Kesehatan mengonfirmasi bahwa tren kenaikan juga terjadi di negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand. Data flunet dari WHO memperlihatkan dominasi virus influenza tipe A di wilayah Asia Tenggara. Di Thailand, lonjakan besar bahkan menyebabkan puluhan kematian hingga awal Oktober 2025. Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman, menjelaskan bahwa subtipe H3N2 menjadi penyumbang terbesar dalam peningkatan kasus ini. Virus tersebut diketahui mudah bermutasi sehingga dapat menyebar cepat di populasi dengan imunitas rendah. Situasi ini mengingatkan pentingnya penguatan sistem pemantauan penyakit menular di Indonesia. Peningkatan kasus yang meluas harus diwaspadai karena berpotensi memberikan tekanan pada sistem kesehatan masyarakat dalam jangka panjang.
Influenza A dan Tantangan Sistem Kesehatan

Influenza A menjadi sorotan utama karena penyebarannya tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di banyak negara lain. WHO mencatat dominasi subtipe H3N2 di berbagai kawasan, namun pola penyebarannya dapat berbeda antarwilayah. Dicky Budiman menjelaskan bahwa dominasi virus ini bersifat spasial dan temporal, sehingga tidak dapat disamakan di semua daerah. Influenza A diketahui memiliki karakter bermutasi cepat dan dapat meningkatkan jumlah rawat inap ketika subtipe baru muncul. Surveilans sentinel nasional sangat penting untuk memastikan varian yang beredar terpantau dengan baik. Selain itu, pola infeksi yang berbeda di setiap negara mengharuskan langkah antisipasi disesuaikan dengan kondisi lokal. Jika penyebaran tidak terkendali, tekanan pada layanan kesehatan dapat meningkat tajam, terutama di rumah sakit rujukan yang menangani pasien dengan gejala berat.
Dampak Klinis dan Risiko Komplikasi
Lonjakan Influenza A juga memicu kekhawatiran akan meningkatnya kasus rawat inap yang lebih lama. Dalam studi klinis, pasien dengan infeksi virus ini mengalami lama rawat sekitar sembilan hingga sepuluh hari. Kondisi ini memperberat beban rumah sakit, terutama pada musim influenza. Dicky Budiman menegaskan bahwa flu A sering menyebabkan komplikasi seperti pneumonia sekunder, eksaserbasi asma, dan batuk pascavirus yang bertahan berminggu-minggu. Kelompok rentan seperti lansia dan anak kecil menjadi yang paling berisiko mengalami gejala berat. Faktor lain seperti rendahnya imunitas populasi dan infeksi bersamaan dengan virus lain, termasuk RSV dan Covid-19, dapat memperparah kondisi pasien. Situasi ini tidak boleh diabaikan karena dapat mengganggu kapasitas layanan kesehatan nasional dalam menghadapi gelombang penyakit menular secara bersamaan.
“Simak juga: Gaya Heejin Bikin Pangling, Ini Cara Tampil Stylish Seperti Bintang LOONA”
Langkah Pencegahan Influenza A
Pencegahan Influenza A dapat dilakukan dengan langkah sederhana yang konsisten diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dicky Budiman menyarankan vaksinasi rutin sebagai langkah utama, terutama bagi kelompok berisiko tinggi. Masyarakat juga diminta membiasakan cuci tangan pakai sabun, menggunakan masker, dan beristirahat di rumah saat sakit. Sirkulasi udara yang baik dalam ruangan juga penting untuk mengurangi risiko penularan. Individu yang mengalami demam dan batuk dianjurkan tidak melakukan aktivitas di luar rumah hingga benar-benar pulih. Jika gejala berat muncul, fasilitas kesehatan harus segera diakses untuk mendapatkan perawatan yang tepat. Pencegahan ini bukan hanya melindungi diri sendiri, tetapi juga membantu menekan penyebaran di komunitas yang lebih luas.
Strategi Pemerintah dan Surveilans Nasional
Pemerintah diharapkan memperkuat surveilans laboratorium untuk mendeteksi perubahan genetik atau antigenik virus influenza. Menurut Dicky Budiman, data ini sangat penting untuk menentukan kebijakan vaksinasi dan strategi pengendalian flu musiman. Kampanye vaksinasi influenza juga perlu digencarkan agar cakupan imunisasi kelompok rentan semakin luas. Pemerintah harus memastikan kesiapan fasilitas kesehatan dalam menghadapi potensi peningkatan pasien. Komunikasi risiko kepada masyarakat harus dilakukan secara transparan agar kesadaran terhadap pentingnya pencegahan meningkat. Selain itu, kewaspadaan terhadap sirkulasi virus lain seperti RSV dan SARS-CoV-2 sangat diperlukan. Dengan penguatan sistem kesehatan dan kesadaran masyarakat, risiko lonjakan kasus dapat ditekan sehingga dampak Influenza A tidak semakin meluas.